Langsung ke konten utama

BAPAK RUMAH TANGGA


Hari ini Kamis 29/05/2020. Aktifitas pagiku dimulai kembali. Setelah shalat Subuh di hampir pukul 6 pagi yang ku anggap hampir kesiangan. Itupun setelah dibangunkan istriku. Tadi malam memang aku tidur agak larut. Ada beberapa pekerjaan yang diselesaikan. Ditambah anak lelakiku yang bungsu badannya panas. Hingga kadang aku dan istri terbangun untuk memastikan kondisi tubuhnya.

Seharusnya pagi ini aku sudah berangkat ke TVRI Kalsel tempatku bekerja sebagai News Anchor. Karena tadi malam, Mawan, yang biasa menjadi kordinator untuk liputan silang (live cross/LC) menghubungiku via WA agar standby untuk siaran langsung LC dengan TVRI Nasional di Program Info Covid Terkini di pukul 7 pagi. Aku pun mengiyakannya. Namun rencana ini berubah, karena anakku sakit. Pukul 22.49 Wita ku hubungi Mawan agar besok aku digantikan rekan yang lain saja. Dengan alasan anakku sakit, dan mau membawanya  ke tukang urut. Syukurlah, Mawan bersedia. 

Kedua anak perempuanku, Faiqa dan Difa ku bangunkan untuk bersegera shalat Subuh. Setelahnya ku suruh untuk mandi. Si bungsu Kiandra yang terbangun, badannya masih panas. Terus menerus minta digendong olehku. Mamanya setelah mencuci pakaian, serta menyiapkan teh dan sarapan. Terlihat sibuk mempersiapkan diri untuk berangkat bekerja. 

Si bungsu masih lekat memelukku. Mamanya sembari bersiap, menanyaiku kenapa tidak bersiap berangkat liputan. Dia jua menanyakan, apakah di pukul 9 masih sempat ke tukang urut. Karena tukang urut langganan kami, hanya melayani dari pukul 8 s.d pukul 10 pagi. Sedangkan aku biasanya pulang dari TVRI pukul 9.  Ku bilang padanya, kalau tadi malam aku sudah menghubungi Mawan, untuk tugas hari ini digantikan yang lain saja.

Bersyukur istriku, karena aku tidak harus bekerja hari ini. Selain memintaku untuk membawa Kiandra ke tukang urut lebih cepat, dia pun mengingatkanku untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan rumah tangga. Seperti menjemur pakaian dan beberapa pekerjaan ringan yang rutin aku kerjakan saat dia bekerja. Oh, iya memang selama pandemi ini. Aku lebih banyak bekerja di rumah karena selain di TVRI Kalsel,  aku juga seorang ASN Guru. Sedang istriku dia bekerja di Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, yang mengharuskan dia tetap bekerja dengan jam kerja normal. 

Sekitar pukul 7 pagi Kiandra masih digendonganku dan istriku pamit berangkat. Kiandra ku taruh di kasur depan TV. Ku putarkan di Youtube Murottal Juzz Amma dengan animasi yang menarik. Alhamdulillah, dia diam. Ku minta kedua kakaknya turut menemani di sampingnya. Maka mulailah pekerjaan Bapak Rumah Tanggaku.

Ku mulai dengan menjemur pakaian yang tadi sudah dicuci istriku. Setelahnya ku ajak kedua anakku untuk sarapan. Alhamdulillah, Kiandra terlelap tidur. Jadi aktifitasku lebih mudah ku kerjakan. Setelah sarapan, ku lanjutkan dengan membuang sampah dan menyiram taman di depan rumah. Lalu aku mencuci beberapa pakaian yang tak sempat dicuci istriku pagi tadi. Karena di mesin cuci, jadi ku tinggalkan saja.

Jam dinding di rumahku menunjukkan pukul 08.15 wita. Kiandra masih tertidur. Padahal seharunya aku sudah membawanya ke tukang urut. Perlahan ku bangunkan, ku seka badannya dengan handuk. Lalu ku ganti popok dan bajunya. Ku ajak dia untuk ke tukang urut, setelah dibujuk dengan iming-iming mainan. Maka misi mengajak ku tukang urut pun berhasil.

Hampir pukul 9 aku ke rumah Mama Jati, demikian kami akrab menyebut tukang urut langganan kami ini. Sesuai perkiraan, di rumahnya sudah mulai antri pasien yang membawa anak mereka. Di tengah pandemi ini, Mama Jati tetap melayani pasien. Dia merupakan tukang urut khusus untuk anak-anak, Alasan beliau adalah kasihan karena orang banyak meminta bantuan untuk mengurut anak mereka. Tapi walau melayani pasien, Mama Jati tetap berusaha menerapkan aturan kesehatan. Mulai dengan mengganti Alas kasurnya setelah selesai mengurut satu pasien. Menggunakan hand sanitizer dan tentu memakai masker. Orang tua yang mengantar anak mereka pun (termasuk aku) memakai masker dan tetap menjaga jarak.

Giliran Kiandra untuk diurut tiba. Menangis dia ketika bagian belakang (belikat) dan paha sebelah kanannya diurut. Ternyata sakit di bagian inilah yang menyebabkan badan Kiandra panas. Dan memang setelah selesai diurut, panasnya menurun. 

Setelah selesai mengurut Kiandra. Kemudian ku ajak membeli mainan, dia memilih mainan obeng, tang, gergaji (alat pertukangan). Lalu langsung ku antar ke rumah pengasuh. Ini juga pesan istriku, bahwa setelah diurut agar Kiandra dititipkan saja, karena di rumah pengasuh anakku ini lebih nyaman tidur siangnya. Tidak terganggu oleh kedua kakaknya yang sering ribut kalau bermain di rumah.



Aku pun kembali ke rumah. Ku ingat kalau pakaian yang tadi ku cuci belum ku jemur. Setelah menjemur pakaian. Hampir pukul 11, kedua anakku ternyata minta makan. Ku cek rice cooker ada nasi. Lalu ku buka kulkas ada telur. Ku tanyakan anak-anakku, mau makan nasi sama telur dadar. Iya, sahut mereka. Maka Sang Bapak rumah tangga ini pun menyiapkan telur dadar dengan nasi plus kecap manis. Aku pun juga turut makan bersama mereka.

Selepas makan, ku minta anak-anakku untuk membereskannya. Tumpukan piring kotor dan perangkat masak yang tadi ku pakai pun ku cuci. Sempat terpikir juga, bagaimana luar biasanya istriku yang dapat bekerja sejak subuh dengan pekerjaan rumah tangga yang lebih berat dari yang ku kerjakan hari ini.  Jadi memang terasa benar, bahwa ibu rumah tangga itu Multitasking. Pekerjaan rumah tangga beres, pekerjaan kantor selesai. Rasanya selain masakannya yang enak, hampir tak pernah aku memujinya untuk hal ini.

Pandemi ini ternyata memang banyak mengajarkan banyak hal. Ketika ada orang tua ribut dan ribet, karena merasa tak berdaya menjadi "guru" bagi anak mereka saat belajar di rumah. Hingga sedikit menyadarkan para orang tua tentang luar biasanya peran seorang guru. Kini, para suami terutama akupun merasa betapa "tak berdaya" nya menjadi seorang Bapak Rumah Tangga.  


Banjarmasin, 29/05/2020 





     


Komentar

  1. alhamdulillah luar biasa mulia jadilah bapak rumah tangga yang baik untuk keluarga teruslah berkarya jangan pernah lelah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Bunda supportnya. Mohon bimbingan

      Hapus
  2. Selalu ada ruang ubtuk berkontribusi di rumah

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"BANYAK BACA. RABUN MEMBACA, LUMPUH MENULIS"

"Kita akan mulai kuliah perdana hari senin tanggal 1 juni 2020 pukul 19.00-21.00 wib di WA group", demikian tertulis pesan di WA grup di Sabtu malam yang lalu, dikirim oleh Om Jay demikian guru blogger ini akrab disapa. Maka selesai siaran di TVRI Kalsel pukul 19.05 Wita. Bergegas aku ke Mushola TVRI untuk sholat Magrib. Setelahnya, bersegera aku menaiki motor. Sebelumnya ku pastikan untuk memakai masker terlebih dahulu. Ku lihat jam di HP, menujukkan pukul 19.15. Waktu tempuh dari Kantor TVRI Kalsel ke rumahku biasanya 30 menit. Aku harus tiba di rumah paling tidak sebelum pukul 20.00 Wita. Sudah bulat ku niatkan untuk hadir tepat waktu di ruang belajar. Bahkan, anak-anakku yang biasanya ku bawakan makanan setelah bekerja, sebelum berangkat sore tadi sudah ku beritahu. "Malam ini tidak ada pesan makanan dulu, kalau mau pesan makanan yang cepat saji saja", demikian ucapku pada mereka. Pukul 19.50 Wita aku tiba di rumah. Langsung ku masukan motor ke garasi. Anak-anak...

3 Cara Guru Membangun Optimisme di Era New Normal

Bu Erna, seorang guru dari salah satu Sekolah Dasar di Kota Banjarmasin tadi sore menghubungi saya melalui obrolan WA. Beliau menanyakan apakah saya memiliki program pembelajaran berbasis alam. Bu Erna dan saya dulu pernah tergabung dalam sebuah proyek dari Unesco dan KOICA yakni program Green School. Ku sampaikan kepada beliau bahwa aku telah punya konsep, namun sulit untuk merealisasikan di tengah pandemi saat ini. Bu Erna melanjutkan bahwa dia merasa kasihan dengan murid-muridnya yang telah beberapa bulan ini telah melaksanakan BDR. Ada rasa bosan, karena tidak ada kegiatan belajar yang lebih interaktif. Beliau ingin melaksanakan pembelajaran berbasis alam yang tetap patuh protokol kesehatan. Setelah berbincang beberapa saat. Tersimpul bahwa kegiatan belajar berbasis alam sangat sulit dilakukan di era pandemi. Bukan hanya karena ada aturan kesehatan yang harus dipatuhi. Namun juga tanggung jawab lain, terutama jika ada siswa yang mendapat dampak buruk pada kesehatannya. Kegiatan bel...